Wednesday, January 22, 2020

Keyakinan-keyakinan yang Tak Perlu Dikomersilkan


Beberapa waktu lalu, kami mengisi tangki bahan bakar mobil kami yang sudah mendekati 'garis' finish. Pada saat membayar sejumlah uang, entah kenapa mendadak saya agak memikirkan 'nilai' rupiah yang kami bayarkan. Uang seratus lima puluh ribu hanya menaikkan dua strip penunjuk BBM di speedometer ! Padahal beberapa tahun lalu, dengan jumlah uang yang sama, bisa digunakan untuk mengisi lebih dari itu.


Begitu cepatnya inflasi berjalan. Begitu banyak hal berubah, cepat atau lambat. Pelaku usaha makanan yang paling rentan menaikkan harga. Salah satu penjual di kedai makan langganan saya bahkan sempat berbisik : "Ayam gorengnya naik seribu, apa-apa serba naik". Cukup lega karena harganya masih masuk akal untuk para pekerja bangunan yang sering makan di kedai tersebut.


Sebab saya cukup yakin -makanan maupun bahan bakar- walaupun harganya selangit, tak akan pernah sepi, asal tetap menjanjikan 'kenikmatan' !




Friday, January 10, 2020

Menuju Tahun Ke Lima


Pernah nyaris tenggelam. Ombak hampir saja berkali-kali membalikkan kapal kecil kami dan mempersilakannya menenggelamkan hidup kami hingga karam. Tapi, kami bertahan. Berenang dalam ketidak-pastian akan datangnya pertolongan. Menggapai apapun sebisanya. Menggenggam papan kayu terdekat. Berpegangan. Bernafas walau tersengal-sengal. Bersama, berdua.

Dan kini bertiga....



Sunday, July 14, 2019

Cetaphil Moisturizing Lotion for Face and Body


Ritual mandi selalu jadi aktivitas sederhana untuk melepas lelah yang menyenangkan. Kalo akhir pekan gini, biasa banget mandi tiga sampai empat kali sehari setelah urusan domestik di rumah kelar.


Apalagi saat cuaca panas, kamar yang dilengkapi dengan penyejuk udara (AC) hwaaahhh ibarat surga dunia yang nggak bisa ditawar lagi. Tapi, sejuknya AC membuat ku tanpa sadar jadi sering lupa minum. Efeknya berasa banget. Kulit yang basically kadar lembabnya minim jadi cenderung makin kering.




Thursday, June 13, 2019

Habis Lebaran, Terbitlah Manusia-Manusia Lebar-an


Lebarannya memang sudah habis, gaes. Aroma gurih yang menyeruak dari kepulan asap kuah kaldu bakso, puding buah dan cake ala Holland Bakery, keragaman kue kering khas lebaran macam nastar, kastengel, dan kawan-kawan yang kemarin menghiasi meja tamu rumah ayah, serta minuman kaleng yang tersusun rapi di lemari pendingin, sudah mulai hilang dari peredaran. Acara cipika cipiki serta percakapan basa basi ala "hay apa kabar ?" atau "sehat kak ?" atau "kok gendutan !" ke saudara yang jarang bertemu, juga sudah mulai hilang euforia-nya.


Tapi, soal kenaikan berat badan pasca lebaran yang tak kunjung hilang, mari kita diskusikan sekarang.




Thursday, May 30, 2019

Membentuk Karakter Bukanlah Seperti Restoran Cepat Saji


Ada dua tipe manusia yang kurang aku sukai, yaitu orang-orang yang tidak mau menjaga kebersihan dan orang-orang yang menutup diri dari kebenaran. 


Orang-orang terdekatku paham, bahwa aku seorang CLEAN FREAK. Iya, persoalan sampah dan rendahnya kesadaran sebagian orang untuk menjaga kebersihan seringkali membuatku terganggu. Padahal, pesan-pesan moral kemanusiaan dan mandat untuk menjaga kebersihan juga menjadi bagian penting isi Al-qur'an. Sayangnya, masih ada orang-orang yang menganggap masalah kebersihan itu bukan bagian dari integral keimanan.









Di ruang tunggu bandara, misalnya. Beberapa kali aku duduk bersebelahan dengan orang yang enggan membuang sampahnya sendiri setelah nyemil atau minum hanya karena buru-buru masuk ruang tunggu. Meskipun bukan urusanku, aku langsung auto bete'. Walaupun ada petugas kebersihan, tapi itu kan sampahnya sendiri. Sesusah itu kah buang sampah di tempat yang semestinya ? Padahal, nggak sulit kok menemukan tempat sampah di ruang tunggu bandara. 


Jangankan ruang tunggu bandara yang jelas-jelas di luar rumah, aku pun sering menemukan orang-orang yang meskipun di rumahnya sendiri, terbiasa menumpuk sampah. Aku menyukai keteraturan, apalagi soal rumah. 


Membuang sampah sembarangan itu faktor KEBIASAAN yang tanpa sadar sering dilakukan. Kebiasaan yang dianggap sepele, tapi menunjukkan bagaimana KARAKTER kita yang sebenarnya. Padahal, sejak SD kita semua sering dicekoki dengan slogan "jangan buang sampah sembarang". Tapi realitanya, slogan itu kerap bertentangan dengan kehidupan kita sehari-hari. Kalo sudah begitu, ya moon maap, Bapak, Ibu, pembentukan karakter memang bukanlah seperti restoran cepat saji. Nggak bisa instan. Membentuk karakter itu butuh proses panjang dan peran serta orang-orang sekitar. Ketika karakter itu sudah terbentuk, biasanya akan sulit diubah. 


Begitu pula orang-orang yang menutup diri dari kebenaran. Intinya, ya, sama. Tapi, sekedar mengingatkan. Barangkali kita lupa. Bahwa kebenaran datang dari Yang Maha Kuasa. Bukan dari pikiran kita. Apalagi menilai kebenaran dan kebaikan seseorang hanya karena ia sudah lama tinggal di dunia. Sehingga kita seringkali abai terhadap perasaan orang-orang yang sebetulnya punya niat baik. Hanya demi menjaga perasaan orang-orang yang kita hormati, orang-orang yang kita anggap benar.


Well... Ketika kita sudah secara otomatis membuang kemasan bekas makanan dan minuman di tempat sampah sesaat sebelum boarding, ketika kita tanpa diperingatkan langsung membawa keluar sampah sisa makanan atau minuman setelah nonton bioskop, ketika kita nggak menyerobot antrean orang lain, ketika kita tidak abai terhadap perasaan orang-orang yang sebetulnya punya niat baik, ketika kita secara sadar melakukan hal-hal sepele yang dianggap nggak penting oleh sebagian orang. Tapi, tetap kita lakukan karena kita sadar itu tindakan yang benar, maka buatku itulah manusia yang berkarakter.


Btw... aku juga bukan orang yang auto benar, siiiih. Tapi, aku punya harapan besar, semoga kita nggak butuh proses yang panjang untuk menyadari. Sebab, sebaik-baiknya manusia yang berkarakter adalah mereka yang benar-benar sadar, memahami, menjalani, dan nggak menutup diri dari kebenaran ~