Aku, bukanlah orang yang suka merayakan ulang tahun dengan sebuah pesta dan mengundang teman-teman. Bukan pula orang yang suka menghadiri pesta. Mungkin karena fakta bahwa aku tidak pernah nyaman menjadi pusat perhatian dan berada di tengah keramaian. Meski begitu, aku merasa berhak membuat hari itu istimewa dan menikmatinya senyaman yang aku suka. Menghabiskan waktu bersama orang-orang terdekat dan pergi ke toko kue, seperti yang sudah-sudah.
Dua puluh enam Mei, tujuh Agustus, lima November, dua puluh November, dua puluh Desember dan lebaran barangkali lebih cocok disebut hari kue. Sebab, hari-hari itu kami selalu pergi ke toko kue disore hari & membawa pulang beberapa kue yang disuka. Puding kelapa, puding pelangi, roti kelapa, klappertart, kue keju, kue tar kecil dan beberapa kue kering.
Tak ada keramaian, tak juga berlebihan, tapi tetap bisa merawat kebahagiaan. Tak ada orang lain selain kami berempat yang entah kenapa rasanya tetap bisa semenyenangkan itu.
Tak sekedar tanggal lahir. Tanggal-tanggal itu adalah momen pengingat dimana mengatur ulang kehidupan menjadi terasa penting. Ada emotional attachment dengan diri sendiri dihari itu. Sudah tentu mengucap syukur lalu menghadiahi diri dengan sesuatu yang tak mudah dibeli dengan uang. Memperbaiki yang salah, menerima dengan lapang hati apa-apa yang tak bisa diubah dan try hard to consistently practice sunnah. Semoga seterusnya. Barangkali beginilah makna sebuah perayaan bagiku.
Selalu girang ketika diajak ke toko kue |
Kue Kelima kiriman dari Uti Djakarta |
Kue ditahun kedua Dipo dari Kakak Diba |
Kue-kue Kecil ditahun kedua Dipo |