Showing posts with label The Journeys. Show all posts
Showing posts with label The Journeys. Show all posts

Monday, July 31, 2017

Rumput Hotel Resort & Resto Yogyakarta


Like I said, a lot of place we'd planned on going were closed for the reason. Me and my husband usually visit a place because of its natural beauty, and Jogjakarta has no shortage of hotels will make our rounds and seeing them a whole day of fun. Not excessive if I have to say I see my dreams of fantastic honeymoon here. As a promised, I finally share our experience staying at Rumput Hotel Resort & Resto on my blog...











Positioned in 30 minutes from Malioboro and 20 minutes from Adisutjipto Airport, The Rumput Hotel is one of a natural and beautiful hotel in Jogjakarta. Believe me, just the act of walking around the hotel ; the verdant green, the incredibly charming ethnical houses, the wooden table and chair did much to shed away our exhaustion. The vibe of the hotel was so relaxed. We got to enjoy the scenery in peace. Other makes this place so special are the staff, I feel like I'm visiting very cool family friends. Truly the environmentally friendly hotel.






Yeah, they are manifest the whole concept of eco-labelling in tourism. In the morning, breakfast at 7 am, I'm sipping hot tea and my husband with a cup of black coffee. We are devouring some delicious organic food ; wheat bread with pineapple jam, pudding without sugar, mushroom sushi, and some fruits. It was perfect but don't look for meat here, LOL....






The Rumput Hotel was a magical place that I absolutely fell in love since the first day we were here. The place that I won't forget and will go back to. We left this hotel with heart full of happiness. I'd suggest for every couple in marriage Rumput Hotel Resort & Resto. They will make you fall in love with each other all over again...









(Photo by IPhone 7plus)


Rumput Hotel Resort & Resto
  • Location : Jalan Cempaka Baru no 28, Condong Catur, Sleman, Yogyakarta
  • Phone : 0274 889798

Friday, September 16, 2016

Visit a Sunday Market - Surabaya Town Square


Everyone loves to find vintage clothes and accesories to wear or unique furniture to decorate their room. And why something unique and vintage become so popular ??? Because it's more fun when we shop, nobody else owns or can wear the same. And it's only to be found at The Vintage Store or Thrift-Store. (You must also read Pasar Barang Antik Triwindu Solo )

  • There's an awesome and display of everybody's favourite.
  • The clothes are well organized and divided by decade and size.
  • We'll see vintage pieces mixed in with the name brands.
  • We could get a piece of decent quality at there more cheaper than what we had pay for the same at the big store.
  • If we lucky, we'll find great deals on shoes that look almost new.

Actually I didn't almost all my shopping at The Vintage Store or Thrift-Store even I realized that sometimes the stuffs from The Vintage Store or Thrift-Store be better than stuffs from other store listed. I just love to digging around in a pile to find some fabulous cute-antique stuff, and keeping an eye out to buy something priceless clothes to add to my wardrobe. But I'm shy of haggling for a better price so I need a friend for that.


My friend Ira and I have lots of things in common, including our love of thrift store. I clearly remember the day when we walked into a Sunday Market at Surabaya Town Square with the intention of finding the vintage stuff for cheap. We were walked around, we had been looking for clothes and skirts, touched a few clothes, run our hands along the clothes to feel them, picked up one or two, and finally walked out with empty handed, lol. So confused, there are so many things that we want. They have everything for sale, lol


But i swear, no matter how valuable or glamorous the modern, the antique and vintage stuff always simply special :)


















Monday, November 16, 2015

Pasar Barang Antik Triwindu Solo


Actually, visiting antiques market had been on my list for a while. My husband took me to the local antiques market with so many treasure troves filled with antique galore. We found some pretty cool things. More furniture and electronic also easily found. I loved seeing those pieces at 'Pasar Barang Antik Triwindu' Solo. Check out some of the antiques that we took on our trip below...

  • telepon putar (rotary phone dial)
  • mesin tik (typewriter)
  • mesin jahit (sewing machine)
  • jam antik (antique clock)
  • sepeda kuno (vintage cycle)
  • cermin kuno (vintage mirror)
  • keris kuno (vintage kris)
  • lampu minyak (oil lamp)
  • radio klasik (classic radio)
  • piringan hitam (vynil record)
  • gramafon (gramaphone)
  • kamera analog (analouge camera)
  • ceret air klasik (classic kettle)
  • setrika arang (charcoal irons)
  • guci-guci keramik (ceramic jug)
  • uang koin (coins)
  • uang kertas pecahan kecil (money with small denomination)
  • wayang (the puppets)
  • timbangan (the weigher)
  • topeng kayu (wooden masks)

(You might also read : A Truly Loved Man)
























For the first, you need to make a list of things you want or you need. Keep your eyes look for stuffs the might feel a need and take some looking. Then you might well find the good quality and condition for make it valuable. REMEMBER !!! Just buy what exactly what you need and make a better deal for it. Don't be shy to leaving with empty-handed like us, lol


Happy Shopping !





Pasar Barang Antik Triwindu (Triwindu Antiques Market)
  • Location : Jalan Diponegoro, Keprabon, Banjarsari, Surakarta
  • Open Hour : 9 am - 4 pm

Monday, December 9, 2013

Tembi Galeri dan Rumah Budaya Yogyakarta

Sabtu 07 Desember 2013, kami berkesempatan untuk menghadiri Pameran Seni yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Meksiko untuk Indonesia, bertempat disalah satu ruang ekspresi seni budaya, Tembi Galeri Yogyakarta.








Pameran Seni karya para Seniman Meksiko yang bertema "Oaxaca in Asia" ini rutin diselenggarakan dalam memperingati ulang tahun hubungan bilateral antara Meksiko dan Indonesia. Beberapa koleksi lukisan yang dipamerkan harganya nggak main-main, 200 ribu US dollar ! Salah satunya karya dari Seniman Legendaris sekaligus Guru Besar Seni Plastik, Rufino Tamayo














Tak jauh dari Tembi Galeri, ada sebuah Museum sejarah dan budaya bernama Tembi Rumah Budaya. Ketika kaki melangkah masuk, senyuman hangat dari seorang lelaki paruh baya yang sedang bertugas menyambut. Setelah bersalaman, beliau langsung menyilahkan kami untuk berkeliling. Kami diisyaratkan untuk mulai berkeliling dari sisi sebelah kanan Museum yaitu beberapa Bale Inap yang berupa rumah-rumah kayu Limasan.






Disini kami melihat proses pembuatan kerajinan khas Jogjakarta, berbagai macam perabotan tradisional, potret kehidupan masyarakat Jawa, dan belajar membatik. Perpustakaan Tembi pun punya lebih dari 5000 koleksi naskah.


Di Tembi Rumah Budaya ini kerap pula digelar malam pembacaan puisi oleh para Sastrawan dan Budayawan. Juga tak ketinggalan kolaborasi musik, pagelaran wayang, ketoprak, serta pagelaran seni lainnya.





Pengunjung tidak dikenakan biaya masuk sebab dana pengelolaan museum berasal dari para kolektor yang menitipkan koleksinya di Museum Tembi.


Sambil menenangkan kaki, motret kanan kiri dan menikmati suasana pedesaan Jogja, kami duduk santai di Waroeng Makan Pulo Segaran yang masih satu arealdengan Museum Tembi. Nggak ketinggalan dooonk kami manjakan perut dengan semangkuk Jenang SumsumEs Lumut, dan Kopi Arang sekaligus...







  
 


Suka kuliner dan seni ??? Yuk ke Tembi :)





Tembi Galeri dan Rumah Budaya Jogjakarta
  • Lokasi : Jalan Parang Tritis Km. 8,4 Timbulharjo, Sewon, Jogjakarta
  • Telepon : (0274) 368000

 

Monday, June 17, 2013

Manic Street Walkers | Gembong - Pecindilan


Meski matahari bersinar cukup terik, namun hari minggu kemarin adalah minggu yang paling saya nantikan. Pasalnya, dari sekian kali ajakan untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh Manic Street Walkers, baru kemarin saya berkesempatan untuk hadir dan seru-seruan bareng mereka. Dimana Pasar Gembong - Pasar Pecindilan menjadi rute pendek pilihan kali ini. I'm super excited.


Sedikit saya perkenalkan tentang Manic Street Walkers. Manic Street Walkers bukanlah sebuah komunitas khusus, melainkan sekumpulan orang-orang yang mencintai kota dengan cara berbeda. Melakukan trip dengan berjalan kaki untuk mengenal sisi lain kota, menyentuh berbagai sisi kota yang tersembunyi, bertemu dengan orang-orang baru, yang mungkin tak mudah terjamah kalo tidak dilakukan dengan berjalan kaki.


Penggagas ide Manic Street Walkers adalah Anitha Silvia atau kita biasa menyapanya Tinta. Bertemu dan ngobrol langsung dengannya pertama kali justru bukan pada kegiatan Manic Street Walkers, melainkan saat Kopdar Dua Ransel  Januari lalu. Ia memprakarsai terbentuknya Manic Street Walkers sebagai salah satu program kerja dari C2O Library & Collabtive.


Dari antuasiasme teman-teman yang turut serta, ternyata tak sedikit yang mempunyai visi sejalan dengan Manic Street Walkers. 




Gue tiba dilokasi yang ditentukan sebagai tempat berkumpul ; THR Surabaya, pukul sepuluh kurang lima menit. Belum ada tanda-tanda penampakan Tinta, orang yang satu-satunya gue kenal. Namun kebetulan saat itu di depan pintu masuk THR berdiri perempuan mungil cantik berbaju putih yang sedang asyik memainkan ponselnya dan terlihat sesekali tolah toleh seperti ada yang sedang ia tunggu. Pikir gue, ah... bisa jadi ia juga sedang menunggu orang yang sama, langsung saja dengan PEDE nya gue hampiri, gue ajak bersalaman, ia memperkenalkan dirinya bernama Ira, dan ternyata benar, kita berdua sedang menunggu orang yang sama :)


Selang beberapa menit kemudian Tinta datang bersama seorang teman yang diperkenalkannya bernama Esther. Esther merupakan Editor dari majalah Jalan-Jalan. Buat lo yang doyan kelayapan menjelajah berbagai tempat, selain National Geographic pasti tahu majalah ini donk.


Kemudian teman lainnya pun berdatangan. Ada Mas Ipung penggagas Surabaya Punya Cerita, Vivin, Deasy, dan Ody. Dilanjutkan dengan pengenalan singkat acara dari Tinta, dan disinilah perjalanan kita dimulai...








Melewati Taman Makam Pahlawan, dari THR Surabaya menuju Pasar Gembong berjarak sekitar satu kilometer. Bagi pecinta barang-barang vintage nggak ada salahnya mencoba berburu di pasar yang terletak di sepanjang Jalan Kapasan ini. Ada yang berdagang kipas angin, hair dryer, cap lampu, kaset, ponsel bercita rasa jaman bahula, kacamata, baju "sepuluh ribu tiga", jas kantoran, sepeda, barang-barang elektronik seperti alat musik, mesin tik, dan lain-lainnya. SURGA banget kalau jago nawar, apalagi harga yang dipatok miring fantastis. Tinta pun lalu menunjukkan dan menjelaskan mana-mana aja kios yang menjadi favorit kebanyakan orang berburu barang vintage. Yang paling buat mata saya jadi melek sempurna, saat kita melewati sebuah kios yang tujuh tahun belakangan ini saya cari-cari, kios yang menjual banyak sekali kamera vintage segala rupa. Berhubung memilih barang vintage buat saya nggak bisa sebentar dan memang nggak ada rencana belanja, lain waktu saya wajib kembali lagi kemari...


Berjalan terus kita akan bertemu dengan Gang Pecindilan, gang kecil sekaligus gang pintas menuju Pasar Pecindilan yang melewati rumah-rumah warga. Rumah warga yang hampir seluruhnya memberikan keramahan sekaligus menjadi tempat berjualan pemiliknya. Melewati gang ini, kita akan disuguhi secara langsung pemandangan unik para ibu yang dengan cekatan membuat bermacam-macam jajanan. Bernostalgia dengan jajanan masa kecil, rasanya seperti berjalan kembali ke masa lalu :)



Setelah menyusuri dan melewati setapak demi setapak rumah warga, kami sampai juga di Pasar Pecindilan. Sama seperti pasar tradisional pada umumnya, Pasar Pecindilan pun menjual bermacam-macam bahan pangan dan sembilan bahan pokok. Pasar ini juga banyak dikenal orang menjadi tempat favorite untuk berburu kaset atau CD lawas bekas.


Masih menjadi bagian dari Pasar Pecindilan, lalu kita bergerak ke bagian atas pasar melalui anak tangga




Dalam perjalanan balik, hujan turun tipis-tipis. Memaksa kita membuka payung dan sesekali mampir berteduh di kios-kios pasar sambil masih antusias melihat-lihat. Yang seharusnya melewati rute jalan berputar, terpaksa kita kembali melewati jalan awal.


Sambil berjalan kembali, Mas Ipung menceritakan banyak hal tentang sisi tersembunyi Surabaya yang belum pernah gue tahu. Ia menceritakan sejarah berdirinya Bandara Juanda. Semua cerita yang something new buat gue. Memang tak cukup hanya sekedar membaca dan mendengar cerita, butuh berjalan untuk tahu lebih banyak...


Terima Kasih, MSW. Sampai bertemu di perjalanan selanjutnya...