Selama ini, saya selalu denial saat salah seorang teman dekat bilang bahwa saya adalah seorang idealis. Saya baru bisa menerima label idealis itu pada saya setelah ngobrol dengannya lebih dalam. Sebab, dalam benak saya, justru saya merasa diri ini egois 😁
"Walaupun pemikiran atau pilihanmu itu terasa kurang realistis di jaman now, berbeda sangat dengan pilihan kebanyakan orang, kamu itu selalu berpegang teguh berjalan pada nilai-nilai yang kamu percaya..."
"Kamu dengerin orang lain dan paham betul pilihan mereka, tanpa mencela pilihan mereka, tanpa memaksakan pilihanmu ke mereka, tanpa bikin mereka mengikuti pilihanmu, tanpa bikin mereka menyukai pilihanmu, tapi kamu tetap berada di jalurmu sendiri sampai akhir..."
"Bertanggung jawab terhadap identitas yang terbentuk didirimu. Pilihanmu meninggalkan karir impian dan damai-damai aja jadi ibu di rumah, konsisten nge-blog padahal lebih menguntungkan nge-vlog, pilihanmu bersuara di twitter meski kamu nggak tau itu akan terdengar atau nggak, banyaklah pilihan hidupmu yang aneh. Orang lain lihat pilihanmu itu naif dan banyak yang nggak suka..."
"Lebih pilih menghidupkan petualangan padahal ada jalur aman, hahahaaaa..."
"Nggak salah sih idealis di tengah dunia yang pragmatis. Tapi, orang-orang idealis kayak kamu tuh sering dipinggirkan bahkan disingkirkan..."
Ya Rabb... saya dibilang naif sama sahabat saya, guysss 😆
Ehm... saya seperti ini barangkali karena saya udah kebal saja, sih. Dikritik, dibilang kaku, tak dianggap menguntungkan, alhamdulillah it's okey. Ambil yang baik, buang saja yang buruk. Entah dianggap idealis, perfeksionis atau apapun itu, bagi saya, ujung dari semuanya adalah tetap komitmen terhadap pilihan. Saya nggak punya panggung, tetapi saya punya pilihan untuk terus berproses, berjalan maju apapun peran yang ditakdirkan, siap atas segala konsekuensinya, tanpa mengganggu atau merugikan siapa-siapa. Gapapa sedikit ikut arus, tapi jangan sampai terseret begitu dalam. Berjalan sesuai hati nurani dan ritme diri saja, sebab kita punya hak untuk jujur pada diri sendiri. Diterima ataupun tidak.
Mungkin teman dekat saya berkata benar, tetapi bisa jadi kurang tepat.
Terdengar seperti paradoks, barangkali benar saya hanya egois. Atau ngeyel ? 😬
