Tuesday, March 13, 2018

Review : Kenanga (By Oka Rusmini)


Ternyata bukan tanpa alasan ya mengapa 'Sejarah' diajarkan pada kita sejak mulai di Sekolah Dasar. 


Meski hanya sebagian kecil yang suka mempelajarinya, kenyataannya Sejarah dan Budaya selalu menyertai perjalanan bangsa kita. Selalu saja ada orang-orang yang menulis dan menceritakan bagaimana tradisi dan unsur-unsur budaya masih menjadi bagian penting dalam kehidupan bermasyarakat kita di Indonesia.


Salah satunya cerita dalam novel karya Oka Rusmini.


Sekelumit Tentang Isi

Kenanga karya Oka Rusmini mengisahkan tentang bagaimana kebesaran budaya yang luar biasa di Bali. Bagaimana masyarakat Bali masih berjalan di atas sistem hierarki kasta yang diwariskan secara turun temurun.


Tokoh dan Karakter

Kenanga sebagai tokoh utama adalah seorang Dosen Sastra dan perempuan bangsawan yang terlahir dari keluarga Brahmana. Seorang perempuan penuh impian dan pekerja keras yang harus menjaga dan mampu bertahan dalam cinta yang tersembunyi. Perempuan cerdas dan mandiri yang memiliki apa yang juga diinginkan oleh banyak perempuan lain di Bali ; pendidikan tinggi dan karir yang sempurna. Namun, gelar bangsawan itu tak sepenuhnya membuat hidup Kenanga sempurna. Ia belum juga menikah. Tetapi, seorang anak perempuan bernama Luh Intan hadir dalam hidupnya.


Sejak awal kedatangan Luh Intan, hidup Kenanga berubah, tak lagi ia merasa kosong. Kenanga begitu menyayanginya. Ia penuhi semua kebutuhannya. Dididiknya Luh Intan untuk tumbuh menjadi perempuan tangguh, bertanggung jawab, dan punya harga diri tinggi. Rasa cinta Kenanga padanya begitu besar. Luh Intan tinggal di Griya bersama Ratu Ibu dan Ratu Aji, kedua orang tua Kenanga dan Kencana. Ia pun tetap berusaha menempatkan dirinya sebagai Abdi dalam keluarga itu. Ia lebih banyak mengurus rumah dan menjahit perlengkapan upacara. Ia juga mahir membuat dan menyiapkan sesaji. Mengerjakan tugas-tugas sekolah Dayu Sekar, sepupu Luh Intan. Tak ada satu orang pun di Griya yang tau bahwa sesungguhnya Luh Intan adalah benih keturunan dari Kenanga dan Bhuana. 


Sementara di sisi lain, Bhuana adalah suami sah Kencana, adik kandung Kenanga. Seorang dosen yang juga berprofesi sebagai dokter. Mereka menikah dengan luka yang begitu nikmat menganga. Menikahi Kencana namun sesungguhnya cinta Bhuana hanya untuk Kenanga.


Lalu ada seorang Dosen Arsitek berusia lebih muda bernama Mahendra muncul dalam hidup Kenanga. Laki-laki Bali yang menghabiskan masa kecilnya di Jakarta. Laki-laki yang sangat mengagumi Kenanga. Hingga sikapnya membuat Bhuana cemburu. Namun, Mahendra tau bahwa sesungguhnya perasaan cintanya hadir untuk Luh Intan. 


Ada pula beberapa tokoh minor lainnya, seperti Profesor Rahyuda, Profesor Hiroshi Ozu, Kemuning, Dayu Sari, Dayu Gelung, Gus Bayu, Tuniang Meme, dan lain-lain.


Alur dan Latar

Alur ceritanya rapi. Konflik cerita yang dialami tokoh utama terasa dekat, sering kita jumpai atau alami di kehidupan kita sehari-hari. Dari cerita dalam buku ini, kita akan menemukan beberapa latar yang sangat menarik, misalnya latar kota Jogjakarta dan tentu saja Bali. Jogjakarta adalah kota tempat Kenanga menempuh S2. Sementara di Bali, terdapat latar Griya, Kampus, tempat praktik Bhuana, dan lainnya.


Penggambaran yang dituangkan Oka Rusmini dalam tulisannya sangat apik. Bahasa yang digunakan penulis pun sangat sederhana sehingga kita sebagai pembaca tidak kesulitan mengimajinasikannya.


Yang Menarik dari Buku Ini

Yang membuat buku ini menarik ialah cara bercerita dan pesan yang ingin disampaikan oleh Oka Rusmini. Buku ini meningkatkan pemahamanku sebagai pembaca tentang istilah-istilah dan hukum adat di Bali. Tentang bagaimana masyarakat Bali dalam hubungannya dengan kasta dan lingkungan kehidupannya. Tentang bagaimana perempuan Brahmana hanya boleh dinikahi oleh laki-laki Brahmana, sementara laki-laki Brahmana boleh menikahi perempuan yang berbeda kasta. 


Kisah Kenanga di buku ini cukup menarik simpatiku sebagai sesama perempuan. Begitu tegar dan kuatnya tokoh Kenanga menyimpan rapat rahasia tentang Luh Intan. Kehidupan yang dijalani oleh Luh Intan pun sarat dengan perjuangan. Menyadarkanku bahwa kehidupan itu amat keras. Bahwa yang terbaik hanya akan datang pada mereka yang sungguh-sungguh memperjuangkannya.