Hidup memang selalu penuh kejutan. Kadang mengecewakan, tapi juga tak jarang membahagiakan. Sebagai manusia, wajar rasanya punya ketakutan-ketakutan tentang apa yang akan terjadi dimasa depan. Sebab, memulai sesuatu yang baru memang tak pernah mudah 🙂
Aku merasa, dua tahun terakhir, enam bulan ke belakang, bahkan satu bulan lalu, beberapa prinsip hidupku berubah. Prioritasku berubah. Orientasiku saat ini adalah merasa tenang. Untukku & keluarga kecilku. Perlahan, ada pergeseran nilai dari sesuatu yang sifatnya materiil ke sesuatu yang lebih spiritual. Banyak hal dalam hidup yang harus disesuaikan. Hubungan antar manusia, salah satunya.
Because nothing is forever. Mulai menyadari & meyakininya sepenuh hati akhir-akhir ini. Not friendship, not relationship. Walaupun aku adalah orang yang fight for everything to be ‘forever’. Pertemanan, disuatu kondisi tertentu, pada akhirnya adalah sesuatu yang wouldn’t last forever.
Ketika aku memasuki fase high school, seseorang pernah berkata : pertemanan yang lo temukan saat kuliah & kerja nanti, pertemanan yang mengisi hari-hari lo dengan penuh excitement things, pada akhirnya nggak akan jadi pertemanan lo yang abadi seperti pertemanan lo waktu SMA.
Aku memulai pertemanan masa SMA dengan seseorang yang boleh ku sebut sebagai the funniest girl I’ve ever met. Kita instanteneously BFF gitu. Menjadi amat sangat dekat di semester kedua karena kita ada di kelas yang sama, selalu berangkat bareng karena rumah kita berdekatan & orang tua kita saling mengenal. Makan bersama di rumahku & aku sering pillow talk di kamarnya. Les bareng, ekskul bareng, ngemall bareng, hampir semua aktivitas dikerjain bareng. Dia selalu jadi orang pertama yang tau rahasia-rahasiaku. Kata teman yang lain, dimana ada aku pasti ada dia.
But, by the time we’re graduated, kita menjadi asing. Padahal, there was no big fight, no betrayal. But I still think about her all the time. Kita juga tak pernah absen untuk saling mengucapkan disetiap ulang tahun, saling berkirim kado & mendoakan, memaafkan dihari raya, mengirimkan salam untuk kedua orang tua masing-masing, hadir di momen-momen penting. Hanya saja pertemanan kita rasanya sudah berbeda.
Aku berada dalam circle pertemanan baru, begitu pun dia. Melewati jalan hidup yang berbeda. Berproses dikehidupan masing-masing tanpa satu sama lain. Nggak hilang, hanya sedikit menjadi asing. We are grow, change & evolve.
Dan kini, fase itu terulang kembali, dengan sosok yang berbeda. But it’s okey 🙂
Kadang suka evaluate dikit : why do people want everything to be forever ?
Why we’re not simply living in the moment aja gitu ? Urusan pertemanan, sekarang, ini yang justru membuatku nyaman. Pertemanan dua arah. Pertemanan yang menenangkan. Tak harus selalu bersama. Tak harus selalu ada. Tak harus selalu berkabar. Tak harus selalu kumpul disetiap kesempatan. Cukup di momen tertentu yang benar-benar tepat, tak ramai, berbicara dari hati ke hati. So every moment matters 🙂
Manusia itu mudah sekali berubah. Merasa senang lalu tiba-tiba menjadi tak tenang. Jangankan dalam situasi pelik, saat bahagia pun, nyatanya manusia lebih sulit menjadi tenang. Siapa coba manusia yang betul-betul jago menyembunyikan pencapaian & hal-hal yang menyenangkannya ? 😊
Menerima situasi & berproses dengan tenang itu bukan perkara mudah. Bahagia tanpa harus semua orang tau. Menghadapi kesulitan tanpa harus semua orang tau. Damai mendengar kata hati. Merasa cukup dengan diri sendiri. Berprosesnya seumur hidup.
Aku pun pernah melewati fase menjadi seseorang yang over reacted 🙃 Merasa harus banget punya telinga untuk mendengar keluh kesahku. Kebahagiaan sekecil apapun, potretnya pasti menghiasi beranda media sosial 😌
Kini, nikmat sekali rasanya, merasakan diri hadir utuh & tetap berbenah diri disituasi yang terkadang bertentangan dengan hati. Ketika ada orang yang tiba-tiba senewen, tiba-tiba tantrum, tiba-tiba diam atau tiba-tiba menjauh. Biasa saja menyikapinya. Mungkin ia lelah, mungkin ia sedang ada masalah, mungkin sedang banyak yang ia pikirkan, mungkin ia sedang memikul beban teramat berat, mungkin ia lebih nyaman sendiri. Melihat & merasa dari sudut pandang orang lain cukup membuat hati menjadi tenang.
Lebih introspeksi diri, aku pun pasti pernah sepertinya. Pernah ada di posisinya. Terus mengingatkan diri sendiri bahwa tiap manusia selalu punya dua sisi. Ketika aku mulai merasa kecewa, maka, ingat saja kebaikan-kebaikannya.
Pada akhirnya, kita akan selalu mencari ketenangan. Sebab, manusia lebih butuh ketenangan daripada kesenangan. Akan selalu ku minta pada-Nya, kini & seterusnya, ketenangan dalam kondisi apapun, melebihi apapun.