Friday, September 1, 2017

Berkenalan dengan Makanan Organik


Beberapa tahun terakhir, tren gaya hidup sehat semakin marak diterapkan oleh teman-teman yang tinggal di kota besar. Banyak dari mereka yang awalnya mengonsumsi makanan konvensional, beralih mengonsumsi makanan organik yang konon diklaim sebagai pola makan terbaik untuk hidup sehat. Terutama buah dan sayur organik.


Maraknya pola hidup sehat ini juga menjadi celah tersendiri bagi para pengusaha untuk menjalankan catering atau membuka restoran yang menyediakan beragam makanan sehat. Sekarang kita nggak terlalu sulit untuk menemukannya.







Selain suasananya yang hommy dan verdant green banget, Hotel Rumput juga mewujudkan konsep eco friendly dengan menyuguhkan beragam menu sehat serba organik. Awalnya, aku pikir makanan organik itu pasti minim rasa, porsinya dikit, dan high cost. Ternyata nggak. Mereka berhasil menyulap sayur dan buah dengan cara yang lebih beragam. Sehingga para tamu yang belum mengadopsi tren gaya hidup organik dan nggak terlalu suka mengonsumsi sayur sepertiku, tetap bisa dapat manfaat sayur dengan rasa yang nikmat.






Di antara beberapa pilihan menu, aku fokus pada menu yang direbus atau dikukus. Aku melirik sushi roll nasi merah dan roti gandum selai nanas. Alih-alih beras putih, mereka menyediakan sushi yang terbuat dari beras merah, yang kita tau punya lebih banyak serat dibanding beras putih, sehingga nggak perlu khawatir gula darah melonjak. Kalo roti gandum nya, cocok banget laaa yaaa buat sarapan :)








Setelah menu utama, saatnya menu penutup. Kami memilih menu pudding sugar free dan buah-buahan. Segeeeeer ~





Selain itu juga ada sandwhich dan sup jamur yang disajikan dengan pilihan nasi putih atau nasi merah. Olahan tempenya disajikan dengan tampilan yang bikin laper.


Tertarik untuk nyoba ? Yuk :)

Sunday, August 6, 2017

Personal Branding di Media Sosial


Reuni memang lazimnya diisi dengan berbagai acara. Momen yang baik untuk silaturahmi, berbagi inspirasi, bertukar informasi, makan bersama, hingga acara sharing terbuka.


Dari cerita mas suami, ada satu yang menarik perhatian saya. Professor Suyitno memberi materi tentang personal branding saat menjadi keynote speaker pada acara temu alumni tersebut :)






Kalo mendengar kata media sosial, pasti yang langsung terlintas dalam benak anak kekinian adalah Facebook, Twitter, Instagram, Line, Whatsapp, Path, dan sejenisnya. Sebagai media komunikasi, media sosial memberi banyak sekali kemudahan. Kita dapat berbagi atau menerima informasi dengan cepat dari interaksi kita dengan pengguna media sosial lainnya. Konten yang disajikan pun beragam, mulai dari book review, passion and lifestyle, life lessons, dan lainnya.


Apalagi di era konvergensi media saat ini, begitu mudah dan cepatnya kita mengakses media sosial. Orang lain juga dengan mudah memberi penilaian tentang kita dari dokumentasi aktivitas apapun yang kita tampilkan. Mereka bebas beropini selaras dengan apa yang mereka pikirkan. Ya ! kita tau betul bagaimana media sosial memberi kita ruang untuk bebas berekspresi.


Melalui media sosial yang kita punya, apapun yang kita obrolkan dan diskusikan berulang-ulang, lama kelamaan akan membentuk citra diri kita, cermin pribadi kita. Dari album foto, dari aktivitas kita bersama rekan dan keluarga, atau dari kreatifitas kita menyebar kata. Kita pun bebas membentuk impression yang ingin ditampilkan dan menggiring opini publik tentang diri kita. 


Ternyata semakin banyak juga Perusahaan Multinasional menggunakan media sosial untuk menyeleksi para job applicants yang akan bekerja untuk perusahaan mereka. Para staf rekruitmen ini memantau aktivitas dan fitur-fitur di media sosial kita untuk mengetahui bagaimana cara kita mengendalikan media sosial dan konten-konten apa yang kita minati. Apakah cocok atau nggak untuk mengisi posisi tertentu yang mereka butuhkan.


Misal, nih. Ketika ingin bergabung dalam team dari Field Services Technician pada sebuah perusahaan perminyakan. Selain diutamakan graduate dari Jurusan Teknik Perminyakan, pekerjaan ini tentu membutuhkan mereka yang terbiasa melakukan aktivitas-aktivitas outdoor seperti mountain climbing, sebab pekerjaan ini menuntut para pekerjanya untuk selalu stamina secara fisik. Maka, tiap hari mengunggah foto selfie beserta caption galau bukanlah hal yang tepat untuk dilakukan :)


Lalu se-krusial itukah membangun personal brand ??? Buat saya membangun personal brand itu sangat penting. Kita ingin dikenal sebagai orang yang seperti apa. Kalo ingin dikenal sebagai penulis, juru foto, pengajar, atau pehobi olahraga, misalnya. Kurang tepat ya rasanya kalo yang tiap hari kita unggah dan obrolin di media sosial justru nggak jauh-jauh dari makeup, skin care, atau mode pakaian kekinian.


Maka, yang saya lakukan adalah membuat personal website sebagai ruang berdialog dan berproses dengan diri, berbagi apa pun yang saya suka. Sesekali keluar dari konten bolehlah. Kebetulan saya doyan makan, hahahaa. Jadi, lebih baik cari cara bagaimana kita ingin dikenal oleh publik dengan citra diri yang benar-benar melekat.


Nge-blog ? Yooook ~

Monday, July 31, 2017

Rumput Hotel Resort & Resto Yogyakarta


Like I said, a lot of place we'd planned on going were closed for the reason. Me and my husband usually visit a place because of its natural beauty, and Jogjakarta has no shortage of hotels will make our rounds and seeing them a whole day of fun. Not excessive if I have to say I see my dreams of fantastic honeymoon here. As a promised, I finally share our experience staying at Rumput Hotel Resort & Resto on my blog...











Positioned in 30 minutes from Malioboro and 20 minutes from Adisutjipto Airport, The Rumput Hotel is one of a natural and beautiful hotel in Jogjakarta. Believe me, just the act of walking around the hotel ; the verdant green, the incredibly charming ethnical houses, the wooden table and chair did much to shed away our exhaustion. The vibe of the hotel was so relaxed. We got to enjoy the scenery in peace. Other makes this place so special are the staff, I feel like I'm visiting very cool family friends. Truly the environmentally friendly hotel.






Yeah, they are manifest the whole concept of eco-labelling in tourism. In the morning, breakfast at 7 am, I'm sipping hot tea and my husband with a cup of black coffee. We are devouring some delicious organic food ; wheat bread with pineapple jam, pudding without sugar, mushroom sushi, and some fruits. It was perfect but don't look for meat here, LOL....






The Rumput Hotel was a magical place that I absolutely fell in love since the first day we were here. The place that I won't forget and will go back to. We left this hotel with heart full of happiness. I'd suggest for every couple in marriage Rumput Hotel Resort & Resto. They will make you fall in love with each other all over again...









(Photo by IPhone 7plus)


Rumput Hotel Resort & Resto
  • Location : Jalan Cempaka Baru no 28, Condong Catur, Sleman, Yogyakarta
  • Phone : 0274 889798

Sunday, July 2, 2017

SUV atau Sedan ???


Memilih dan memutuskan untuk membeli mobil pribadi itu ternyata nggak mudah. Apalagi untuk orang yang punya postur tubuh tinggi seperti Paksu. Sebab untuk dapat posisi duduk yang enak bagi orang yang tinggi badannya di atas rata-rata memang cukup sulit. Dilemanya, terkadang posisi kaki jadi kurang leluasa karena lutut hampir menyentuh kontak starter mobil atau posisi kepala yang sedikit mengenai plafon mobil. 


Jadi, ketika beberapa bulan lalu kami ingin membeli mobil, SUV All New CRV Generasi 4 ini berhasil meluluhkan hati Paksu. Dengan tinggi badannya yang berkisar 185 cm, dia merasa lebih leluasa saat mengendarai mobil tipe SUV dibandingkan mobil tipe sedan karena dimensi-nya yang lebih besar sehingga leg room dan head room nya lebih lega. Higher seating dan comfortable. Dia juga jadi nampak lebih kece :)




Tuesday, June 20, 2017

Menikah & Punya Anak Itu Bukan Kompetisi


Sepanjang hidup, kita akan selalu berhadapan dengan 'kompetisi'. Mulai dari hal yang umum seperti kompetisi dunia kerja dan kompetisi bisnis, sampai hal yang sifatnya personal seperti menikah dan punya anak. Ya, nyatanya saudara atau teman sebaya yang lebih dulu menikah dan punya anak dianggap lebih unggul dibanding yang belum :)




Agustus tahun ini, saya dan suami masuk ke usia pernikahan kedua. Pertanyaan "udah isi belum" makin sering saya terima dari teman sebaya atau keluarga yang mungkin sudah punya anak lima. Nyinyiran dari orang-orang yang memantau kehidupan saya dan suami dari kejauhan. Sindiran dari orang-orang yang memang "bersebrangan" dengan saya. Mereka tau apa, sih :)